Kamis, 07 Juni 2012

5 Sebab Melemahnya Iman Aktifis Dakwah

Kelemahan yang paling lemah dan melemahkan seorang muslim adalah lemah iman. Dengan mengetahui sebabnya, diharapkan kita mampu mengatasinya, sehingga iman kita semakin kuat dan kokoh.

Berikut ini 5 sebab kelemahan iman, khususnya pada aktifis dakwah :

Tenggelam dalam Kesibukan Duniawi
Tak seorang pun yang luput dari urusan dunia, termasuk seorang dai. Bahkan Al-Qur’an sendiri mengingatkan kita agar mencari akhirat tanpa melupakan dunia. Namun, ketika kesibukan dunia yang menguasai jiwa, ketika seseorang tenggelam dalam kesibukan duniawi, maka iman akan melemah segera.

”Kami telah disibukkan oleh harta dan keluarga kami, maka ampunilah kami.”

Lalai terhadap Faktor Penguat Iman
Lalai dalam mengetahui faktor-faktor yang dapat menguatkan dan meningkatkan iman kepada Allah adalah sebab melemahnya iman. Yakni ketika seseorang tidak memahami dan mengamalkan bahwa ibadah, dzikir, dan kebajikan itulah penguat iman. Saat seseorang menambah kebaikan, sejatinya ia meningkatkan iman. Sebaliknya, siapa yang memilih malas-malasan dari beramal kebajikan, pada saat yang sama ia telah membuat imannya lemah.

Sebagian sahabat berkata, “Iman itu bertambah dan berkurang. Ia bertambah dengan ketaatan dan zikir kepada-Nya, ia berkurang dengan kemaksiatan dan lupa kepada-Nya.”

Menumpuknya Aktifitas dan Beban yang Membuat Ruh dan Jiwa Kehilangan Haknya
Aktifitas yang padat dan beban kerja yang menumpuk -termasuk aktifitas politik dan kerja-kerja sosial- jika tidak dimenej dengan baik akan berakibat pada melemahnya iman. Mengapa? Karena padatnya aktifitas dan menumpuknya beban kerja bisa menjadikan seseorang mengabaikan hak-hak ruh dan jiwanya. Ketika hak-hak ruhiyah itu tak dipenuhi, kegersangan jiwa terasa. Hilangnya sikap bijaksana, pudarnya ketenangan dan kedamaian, dan sempitnya dada adalah indikasi melemahnya iman akibat hak ruh yang tak tertunaikan ini.

Mengejar Target Dakwah, Melupakan Penguat Iman
Ada sebagian aktifis yang sangat bersemangat dalam aktifitas dakwah untuk mengejar target-target kuantitas, namun ia lupa faktor-faktor yang dapat meningkatkan iman. Ia menyeru orang lain, namun meninggalkan dirinya sendiri. Merasa kesibukan sebagai aktifis dan pekerjaan dakwah sudah cukup menjamin menguatnya iman.

Aktifitas dan Peran yang Tak Seimbang
Seorang Muslim, khususnya seorang dai, pasti memiliki lebih dari satu peran dalam hidupnya. Ada peran keluarga sebagai suami (bagi yang sudah menikah), ayah (bagi yang telah memiliki anak), anak (khususnya bagi aktifis muda yang belum menikah), karyawan atau pimpinan di tempat kerja, anggota masyarakat di lingkungannya, organisatoris dan aktifis di organisasinya yang kadang-kadang lebih dari dua, dan seterusnya.

Ketika aktifitas hanya difokuskan pada satu peran, sementara pada banyak peran yang lain ia abai kemudian gagal, maka iman bisa melemah karena ia akan tersibukkan dengan banyak lubang masalah yang ia gali sendiri. Aktifitas yang seimbang, pemenuhan semua peran dengan seimbang lebih menjamin seorang aktifis dakwah untuk tidak hanya imannya tak terganggu dari arah itu, namun juga membuatnya menjadi lebih ideal. []

sumber : www.bersamadakwah.com

Murabbi Kehidupan

Saudaraku,
Salah satu yang memperpanjang nafas dakwah kita adalah kehadiran murabbi yang tulus. Mereka mampu menjalankan empat peran murabbi; sebagai orang tua, guru, syeikh dan qiyadah. Betapa kita merindukan murabbi kehidupan yang tak hanya cakap membina dan mengejar tersampaikannya materi. Kita merindukan seorang murabbi yang mampu mendekatkan hatinya kepada para mutarabbinya. Murabbi yang mampu melesatkan panah cintanya kepada para binaannya. Kita juga merindukan murabbi yang kata-katanya adalah cerminan dari apa yang dilakukannya. Hidupnya dipenuhi dengan tontonan keteladanan. Segala tingkah lakunya senantiasa terkontrol dengan alarm kebaikan. Kata-katanya menyejukkan dan mencerahkan jiwa.

Saudaraku,
Lahan dakwah buat para Murabbi selalu terhampar luas. Lahan itu ibarat sumber daya alam yang dapat diperbaharui, selalu tersedia dan melimpah ruah. Di bumi Allah manapun kita berada pasti didapati anak-anak manusia yang memerlukan sentuhan dakwah. Kenapa islam seakan ditinggalkan umatnya? Kenapa di negeri mayoritas muslim ini banyak terdengar kasus korupsi, kejahatan moral, pembunuhan dan perzinaan? Kenapa negeri ini begitu banyak terjangkiti dengan penyakit-penyakit akhlak yang kronis. Jawabannya karena masih banyak orang yang mengaku beragama Islam tapi tak menjalankan syariat islam itu sendiri.

Saudaraku,
Menjadi murabbi tidak harus menunggu memiliki kafaah islam yang mumpuni. Betapa lamanya kita baru membina saat kita menunggu ilmu cukup? Sementara rintihan umat yang menunggu uluran untaian nasehat semakin keras terdengar? Betapa lamanya kita menjadi murabbi saat menunggu kita memiliki kemampuan yang hebat dalam berbicara? Sementara lengkingan kegalauan umat semakin mengundang rasa iba. Betapa lamanya gelar murabbi itu kita dapatkan saat kita menunggu sesuatu yang serba sempurna kita miliki? Sementara problematika umat hampir sempurna ada pada semua sendi kehidupan. Lalu masihkan kita berdiam diri mendapati qodoya ummat yang semakin menjadi-jadi? Kenapa tak diputuskan semenjak hari ini kita menjadi murabbi? Menyampaikan dan mengajarkan sedikit apapun ilmu yang kita ketahui. Teringat kata-kata indah dari sahabat mulia, Abu Darda ra: “ Tidaklah seseorang dikatakan ulama kalau tidak mengamalkan ilmu yang diketahuinya”

Saudaraku,
Mari kita membina dengan segenap potensi yang kita miliki. Minimal satu binaan sebelum mati. Karena kita dihadirkan di dunia sebagai problem solver dari qodoya-qodoya umat. Mari membina selagi masih bernyawa. Mari membina selagi kita masih mampu melakukannya.

Jadilah Murabbi kehidupan. Menginspirasi setiap orang dengan amal nyata.
Bukan dari kata-kata berbusa yang penuh rekayasa. Bukan dari kata-kata manis yang tak hadirkan jiwa-jiwa optimis.

Jadilah Murabbi yang membina dengan penuh ketulusan. Mengajarkan ilmu untuk sama-sama diamalkan. Mendidik dengan hati yang lapang tanpa pamrih untuk dikenang.

Jadilah murabbi yang siap berdakwah di seluruh pelosok negeri. Merekrut dan membina demi melanjutkan perjuangan para nabi. Mengisi hari-hari dengan amal ruhiyah yang terbang ke langit tinggi. Menjaga nilai-nilai persaudaraan tetap menghangat di muka bumi.

Jadilah murabbi yang cinta ilmu. Melewati hari-hari dengan memburu ilmu bermutu. Memanfaatkan setiap peluang untuk memenuhi rasa ingin tahu. Selalu tahu cara terbaik mengajarkannya kembali kepada Mad’u. Menjejali alam pikirannya dengan kreativitas dakwah serba baru.Hingga akhirnya halaqoh kehidupannya selalu ditunggu-tunggu.

Jadilah murabbi yang kata-katanya menyegarkan iman yang layu. Senyumannya menghilangkan kedukaan yang menyengsarakan qalbu Tatapannya menghadirkan takwa yang semakin menggebu. Dan kemarahannya menghentikan kemungkaran para pengumbar nafsu

Jadilah murabbi yang mampu memerankan skenario film kehidupan dakwah. Menjadi orang tua yang selalu peduli. Menjadi guru yang mampu hilangkan keawaman para mutarabbi. Menjadi Syeikh yang menentramkan hati. Menjadi Qiyadah yang mampu arahkan para jundi jadi mandiri

Jadilah murabbi kehidupan. Membina halaqaoh-halaqoh kehidupan.
Menyuburkan taman-taman bunga keindahan Qalbu. Menginspirasi lahirnya generasi-generasi bermutu. Memotivasi lahirnya pemegang estafet dakwah menuju kemenangan. Melahirkan para penegak pilar-pilar Islam di puncak kejayaan
[]


Penulis : Sardini Ramadhan
Pendiri KPK (Komunitas Pena Khatulistiwa), Publik Manager SBS (Sang Bintang School)
Blog: akhiarden-sardini.blogspot.com


sumber : www.bersamadakwah.com