Kamis, 07 Juni 2012

5 Sebab Melemahnya Iman Aktifis Dakwah

Kelemahan yang paling lemah dan melemahkan seorang muslim adalah lemah iman. Dengan mengetahui sebabnya, diharapkan kita mampu mengatasinya, sehingga iman kita semakin kuat dan kokoh.

Berikut ini 5 sebab kelemahan iman, khususnya pada aktifis dakwah :

Tenggelam dalam Kesibukan Duniawi
Tak seorang pun yang luput dari urusan dunia, termasuk seorang dai. Bahkan Al-Qur’an sendiri mengingatkan kita agar mencari akhirat tanpa melupakan dunia. Namun, ketika kesibukan dunia yang menguasai jiwa, ketika seseorang tenggelam dalam kesibukan duniawi, maka iman akan melemah segera.

”Kami telah disibukkan oleh harta dan keluarga kami, maka ampunilah kami.”

Lalai terhadap Faktor Penguat Iman
Lalai dalam mengetahui faktor-faktor yang dapat menguatkan dan meningkatkan iman kepada Allah adalah sebab melemahnya iman. Yakni ketika seseorang tidak memahami dan mengamalkan bahwa ibadah, dzikir, dan kebajikan itulah penguat iman. Saat seseorang menambah kebaikan, sejatinya ia meningkatkan iman. Sebaliknya, siapa yang memilih malas-malasan dari beramal kebajikan, pada saat yang sama ia telah membuat imannya lemah.

Sebagian sahabat berkata, “Iman itu bertambah dan berkurang. Ia bertambah dengan ketaatan dan zikir kepada-Nya, ia berkurang dengan kemaksiatan dan lupa kepada-Nya.”

Menumpuknya Aktifitas dan Beban yang Membuat Ruh dan Jiwa Kehilangan Haknya
Aktifitas yang padat dan beban kerja yang menumpuk -termasuk aktifitas politik dan kerja-kerja sosial- jika tidak dimenej dengan baik akan berakibat pada melemahnya iman. Mengapa? Karena padatnya aktifitas dan menumpuknya beban kerja bisa menjadikan seseorang mengabaikan hak-hak ruh dan jiwanya. Ketika hak-hak ruhiyah itu tak dipenuhi, kegersangan jiwa terasa. Hilangnya sikap bijaksana, pudarnya ketenangan dan kedamaian, dan sempitnya dada adalah indikasi melemahnya iman akibat hak ruh yang tak tertunaikan ini.

Mengejar Target Dakwah, Melupakan Penguat Iman
Ada sebagian aktifis yang sangat bersemangat dalam aktifitas dakwah untuk mengejar target-target kuantitas, namun ia lupa faktor-faktor yang dapat meningkatkan iman. Ia menyeru orang lain, namun meninggalkan dirinya sendiri. Merasa kesibukan sebagai aktifis dan pekerjaan dakwah sudah cukup menjamin menguatnya iman.

Aktifitas dan Peran yang Tak Seimbang
Seorang Muslim, khususnya seorang dai, pasti memiliki lebih dari satu peran dalam hidupnya. Ada peran keluarga sebagai suami (bagi yang sudah menikah), ayah (bagi yang telah memiliki anak), anak (khususnya bagi aktifis muda yang belum menikah), karyawan atau pimpinan di tempat kerja, anggota masyarakat di lingkungannya, organisatoris dan aktifis di organisasinya yang kadang-kadang lebih dari dua, dan seterusnya.

Ketika aktifitas hanya difokuskan pada satu peran, sementara pada banyak peran yang lain ia abai kemudian gagal, maka iman bisa melemah karena ia akan tersibukkan dengan banyak lubang masalah yang ia gali sendiri. Aktifitas yang seimbang, pemenuhan semua peran dengan seimbang lebih menjamin seorang aktifis dakwah untuk tidak hanya imannya tak terganggu dari arah itu, namun juga membuatnya menjadi lebih ideal. []

sumber : www.bersamadakwah.com

Murabbi Kehidupan

Saudaraku,
Salah satu yang memperpanjang nafas dakwah kita adalah kehadiran murabbi yang tulus. Mereka mampu menjalankan empat peran murabbi; sebagai orang tua, guru, syeikh dan qiyadah. Betapa kita merindukan murabbi kehidupan yang tak hanya cakap membina dan mengejar tersampaikannya materi. Kita merindukan seorang murabbi yang mampu mendekatkan hatinya kepada para mutarabbinya. Murabbi yang mampu melesatkan panah cintanya kepada para binaannya. Kita juga merindukan murabbi yang kata-katanya adalah cerminan dari apa yang dilakukannya. Hidupnya dipenuhi dengan tontonan keteladanan. Segala tingkah lakunya senantiasa terkontrol dengan alarm kebaikan. Kata-katanya menyejukkan dan mencerahkan jiwa.

Saudaraku,
Lahan dakwah buat para Murabbi selalu terhampar luas. Lahan itu ibarat sumber daya alam yang dapat diperbaharui, selalu tersedia dan melimpah ruah. Di bumi Allah manapun kita berada pasti didapati anak-anak manusia yang memerlukan sentuhan dakwah. Kenapa islam seakan ditinggalkan umatnya? Kenapa di negeri mayoritas muslim ini banyak terdengar kasus korupsi, kejahatan moral, pembunuhan dan perzinaan? Kenapa negeri ini begitu banyak terjangkiti dengan penyakit-penyakit akhlak yang kronis. Jawabannya karena masih banyak orang yang mengaku beragama Islam tapi tak menjalankan syariat islam itu sendiri.

Saudaraku,
Menjadi murabbi tidak harus menunggu memiliki kafaah islam yang mumpuni. Betapa lamanya kita baru membina saat kita menunggu ilmu cukup? Sementara rintihan umat yang menunggu uluran untaian nasehat semakin keras terdengar? Betapa lamanya kita menjadi murabbi saat menunggu kita memiliki kemampuan yang hebat dalam berbicara? Sementara lengkingan kegalauan umat semakin mengundang rasa iba. Betapa lamanya gelar murabbi itu kita dapatkan saat kita menunggu sesuatu yang serba sempurna kita miliki? Sementara problematika umat hampir sempurna ada pada semua sendi kehidupan. Lalu masihkan kita berdiam diri mendapati qodoya ummat yang semakin menjadi-jadi? Kenapa tak diputuskan semenjak hari ini kita menjadi murabbi? Menyampaikan dan mengajarkan sedikit apapun ilmu yang kita ketahui. Teringat kata-kata indah dari sahabat mulia, Abu Darda ra: “ Tidaklah seseorang dikatakan ulama kalau tidak mengamalkan ilmu yang diketahuinya”

Saudaraku,
Mari kita membina dengan segenap potensi yang kita miliki. Minimal satu binaan sebelum mati. Karena kita dihadirkan di dunia sebagai problem solver dari qodoya-qodoya umat. Mari membina selagi masih bernyawa. Mari membina selagi kita masih mampu melakukannya.

Jadilah Murabbi kehidupan. Menginspirasi setiap orang dengan amal nyata.
Bukan dari kata-kata berbusa yang penuh rekayasa. Bukan dari kata-kata manis yang tak hadirkan jiwa-jiwa optimis.

Jadilah Murabbi yang membina dengan penuh ketulusan. Mengajarkan ilmu untuk sama-sama diamalkan. Mendidik dengan hati yang lapang tanpa pamrih untuk dikenang.

Jadilah murabbi yang siap berdakwah di seluruh pelosok negeri. Merekrut dan membina demi melanjutkan perjuangan para nabi. Mengisi hari-hari dengan amal ruhiyah yang terbang ke langit tinggi. Menjaga nilai-nilai persaudaraan tetap menghangat di muka bumi.

Jadilah murabbi yang cinta ilmu. Melewati hari-hari dengan memburu ilmu bermutu. Memanfaatkan setiap peluang untuk memenuhi rasa ingin tahu. Selalu tahu cara terbaik mengajarkannya kembali kepada Mad’u. Menjejali alam pikirannya dengan kreativitas dakwah serba baru.Hingga akhirnya halaqoh kehidupannya selalu ditunggu-tunggu.

Jadilah murabbi yang kata-katanya menyegarkan iman yang layu. Senyumannya menghilangkan kedukaan yang menyengsarakan qalbu Tatapannya menghadirkan takwa yang semakin menggebu. Dan kemarahannya menghentikan kemungkaran para pengumbar nafsu

Jadilah murabbi yang mampu memerankan skenario film kehidupan dakwah. Menjadi orang tua yang selalu peduli. Menjadi guru yang mampu hilangkan keawaman para mutarabbi. Menjadi Syeikh yang menentramkan hati. Menjadi Qiyadah yang mampu arahkan para jundi jadi mandiri

Jadilah murabbi kehidupan. Membina halaqaoh-halaqoh kehidupan.
Menyuburkan taman-taman bunga keindahan Qalbu. Menginspirasi lahirnya generasi-generasi bermutu. Memotivasi lahirnya pemegang estafet dakwah menuju kemenangan. Melahirkan para penegak pilar-pilar Islam di puncak kejayaan
[]


Penulis : Sardini Ramadhan
Pendiri KPK (Komunitas Pena Khatulistiwa), Publik Manager SBS (Sang Bintang School)
Blog: akhiarden-sardini.blogspot.com


sumber : www.bersamadakwah.com

Kamis, 31 Mei 2012

Tiga Kunci Sukses dan Bahagia


Saat ini, hampir semua orang mengejar sukses dan bahagia. Ketika orang yang bekerja keras dari pagi hingga larut malam ditanya, ia menjawab, “agar sukses dan bahagia.” Ketika ada suami yang rela meninggalkan istrinya berbulan-bulan ke luar pulau ditanya, ia juga menjawab, “agar nantinya bisa sukses dan bahagia.”

Yahya bin Mu’adz ar-Razi pernah memberikan nasihat tentang kunci sukses dan bahagia. “Sungguh beruntung,” kata Ar-Razi, “orang yang meninggalkan harta sebelum harta meninggalkannya, membangun kuburan sebelum ia memasukinya, dan membuat ridha Tuhannya sebelum ia menemuiNya.”

Nasihat Ar-Razi ini begitu dalam, dan patut menjadi bahan renungan untuk mengevaluasi langkah-langkah kita selama ini. Mulai dari tujuan akhir. Yakni sukses dan bahagia yang hakiki. Sukses sebagai hambaNya yang berujung surga, bahagia selamanya berada di tempat kembali yang sangat mulia. Dan karena kebahagiaan itulah yang hakiki, ia pun mulai terasa sejak di dunia ini.

Meninggalkan harta sebelum harta meninggalkan kita
Artinya bukanlah menjauhi harta atau tidak berusaha untuk kaya. Bukan, bukan demikian. Namun maknanya adalah zuhud; meletakkan harta di tangan, bukan membiarkannya berkuasa di hati. Mendapatkan harta, lalu memanfaatkannya untuk beribadah, berinfaq, berjihad dan berdakwah.

Meninggalkan harta sebelum harta meninggalkan kita, artinya kita membelanjakan harta di jalan Allah sebelum harta itu lenyap dari kita. Apa yang kita infakkan itulah sebenarnya harta kita. Seberapa harta yang kita salurkan untuk amal kebajikan dan membantu sesama, itulah nilai kemanfaatan harta kita. Maka dalam Islam, tidaklah penting seberapa orang itu kaya, tetapi yang penting adalah seberapa besar kemanfaatan kekayaannya untuk Islam. Makanya ada sahabat yang kaya dan ada sahabat yang tidak punya. Allah tak pernah mencela keduanya.

Terdapat korelasi yang positif antara memberi/berbagi dengan perasaan bahagia. Penelitian menunjukkan hal itu. Sungguh sebuah kabar gembira di dunia sebelum sukses dan bahagia abadi di akhirat nanti.

Membangun kubur sebelum memasukinya
Manusia pernah hidup di alam rahim selama sekitar Sembilan bulan. Lalu rata-rata orang hidup di alam dunia selama sekitar 60 tahun. Setelah itu ia berada di alam kubur. Lamanya bisa bermacam-macam, terbentang sejak kematiannya hingga kiamat tiba. Mereka yang meninggal pada tahun 1012, misalnya. Berarti telah menghuni alam kubur selama 1000 tahun.

Alam kubur yang demikian panjang masanya haruslah disiapkan bekal sejak dini di dunia. Itulah makna membangun kubur sebelum memasukinya. Menyiapkan bekal untuk perjalanan yang sangat lama. Bekalnya tak lain adalah ketaatan dan amal shalih.

Saat seseorang menyiapkan diri membangun kubur dengan ibadah dan kebaikan, ia telah sadar bahwa ke sana ia menuju; cepat atau lambat. Ia yakin kapan saja Allah bisa memanggil dan karenanya ia siap. Kesiapan menghadapi kematian membuat orang merasa ringan menghadapi ujian dan rintangan dalam kehidupan. Ini karena, apapun yang dihadapi dalam hidup ini –ujian, sakit, cobaan, musibah- ia tak lebih hebat dari kematian yang telah bisa disadarinya. Maka orang yang menyiapkan kubur, ia tak mudah stress, tak mudah tertekan, tak mudah depresi. Sebaliknya, ia lebih mudah untuk bahagia.

Membuat ridha Tuhannya sebelum menemuiNya
Segala aktifitas dan pilihan hidup yang dijalani seseorang yang telah memegang kunci ini akan selalu diorientasikan pada keridhaan Ilahi. Apa yang ia jalani, apa yang ia alami, senantiasa dievaluasi dengan pertanyaan: “Apakah Allah meridhai ini?”

Dengan orientasi ridha Ilahi, seseorang tak lagi disibukkan dengan berbagai penilaian orang yang bermacam-macam. Yang penting Allah ridha, yang penting ia berada di jalan yang benar. Biarlah satu dua orang tak suka. Ia takkan dipusingkan dengan cela atu puji, apalagi sekedar menuruti gengsi. Dengan demikian hati lebih damai, hidupnya lebih bahagia.[]
 
sumber : www.bersamadakwah.com

Keutamaan Bertasbih


Allah SWT mengawali tujuh suratNya dalam al-Qur’an dengan tasbih. Betapa banyak ayat tasbih yang Dia turunkan dalam KitabNya agar dipergunakan oleh manusia yang suka bertasbih memanjatkan pujian kepadaNya.

Allah swt berfirman:

“langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Tak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memujiNya, tetapi kamu semua tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS al-Isra’: 44)

“…dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang.” (QS ThaHa: 130)

Rasulullah saw bersabda:

“Ada dua kalimat yang ringan diucapkan tetapi berat timbangannya, dan sangat disenangi oleh Allah swt, yaitu: Subhaanallah wa bihamdidhi subhaanallahil ‘adzhiim” (HR Ahmad, Al Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibn Majah dari Abu Hurairah r.a)

“Ucapan yang paling Allah swt sukai ada empat, yaitu:
Mahasuci Allah :سبحان الله
Segala puji bagi Allah : والحمد لله
Tiada Tuhan selain Allah: ولا إله إلا الله
Allah Mahabesar والله أكبر:
Engkau boleh memulai dari yang mana saja.” (HR Ahmad dan Muslim dari Samrah bin Jundab r.a)

“Barangsiapa bertasbih kepada Allah swt setiap selesai sholat sebanyak tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh tiga kali, sehingga berjumlah Sembilan puluh Sembilan, dan menggenapkannya menjadi seratus dengan: laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai’in qodiir, maka semua kesalahannya akan diampuni oleh Allah SWT meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah r.a)

Mengucapkan:
سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر
adalah lebih aku sukai dari pada terbitnya matahari.” (HR Muslim dari Abu Hurairah r.a)

“Tasbih itu setengah timbangan, alhamdulillah, dan laa ilaaha illallah tidak ada penghalang dari Allah hingga ia sampai kepadaNy.” (HR Tirmidzi dari Ibnu ‘umar r.a)

“Tidaklah mati seekor binatang buruan, dan tidaklah ditebang tumbuh-tumbuhan kecuali hal itu mengurangi jumlah tasbih.” (HR Abu Nu’aim dalam al-Hilyah dari Abu Hurairah r.a)

“Maukah aku ajarkan kepadamu seperti apa yang diajarkan Nuh kepada anaknya. Kuperintahkan kamu agar bertasbih kepada Allah dan memujiNya karena sesungguhnya ia adalah shalawat dan tasbih semua makhluk, dan dengannya semua makhluk dikaruniai rezeki.” (HR Ibn Abu Syaibah dari Jabir r.a)

“Barangsiapa mengucapkan :
سبحان الله وبحمده
Seratus kali setiap hari, maka semua kesalahannya akan dihapuskan meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR Ahmad, Al Bukhari, Muslim, An-Nasa’i dan Ibn Majah dari Abu Hurairah r.a)

Nabi saw bersabda kepada Ummul Mukminin Juwairiyah r.a, “Telah kukatakan empat perkataan sebanyak tiga kali setelah dirimu berdoa, bila kata-kata itu ditimbang dengan apa yang telah kau ucapkan maka dia akan seimbang, yaitu:
سبحان الله وبحمده عدد خلقه ورضاء نفسه وزنة عرشه ومداد كلماته
(HR Muslim dan Abu Dawud dari Juwairiyah r.a) []


Penulis : Oktarizal Rais
Mahasiswa tingkat akhir
di Ma'had Aly An-Nu'aimy, Jakarta

sumber : www. bersamadakwah.com

Doa Menyambut Ramadhan


Berikut ini adalah Doa Menyambut Ramadhan, yang merupakan bagian dari rubrik Kumpulan Doa-Doa.

DOA MENYAMBUT RAMADHAN (1)

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِى رَمَضَانَ
(Alloohumma baariklanaa fii Rojaba wa Sya'ban, wabaariklanaa Romadhon)

Artinya :
Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta berkahilah kami dalam bulan Ramadhan

Keterangan :
Doa ini diambil dari hadits riwayat Ahmad (no. 2346 dan 2387). Doa tersebut dibaca sejak bulan Rajab.

DOA MENYAMBUT RAMADHAN (2)

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ
(Alloohumma baariklanaa fii Rojaba wa Sya'ban, waballighnaa Romadhon)

Artinya :
Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan

Keterangan :
Doa ini diambil dari hadits riwayat Al-Baihaqi dan Thabrani. Doa ini menyambut Ramadhan yang kedua ini lebih populer, namun menurut Al-Albani hadits tersebut dhaif.

sumber : www.bersamadakwah.com

Nicolas Anelka Temukan Kedamaian Setelah Masuk Islam


Nicolas Anelka. Striker klub Liga Super Cina, Shanghai Shenhua itu lahir di Versailles, Prancis, pada 14 Maret 1979.

Banyak orang mengira dulunya Nicolas Anelka adalah seorang Kristiani. Padahal waktu itu ia tidak mempercayai keberadaan Tuhan alias atheis. Namun saat menjadi atheis itulah Nicolas Anelka banyak bergaul dengan temannya dari keluarga Muslim. Dari sana ia mulai tertarik dengan Islam.

“Saya menjadi ‘seorang Muslim’ sejak saya berusia 16 tahun,” kata Anelka menjelaskan perasaannya kepada majalah Super yang berbasis di Arab Saudi. Namun secara resmi, mantan bomber Chelsea itu mengikrarkan dua kalimat syahadat pada 2004 di Uni Emirat Arab. Sejak saat itu, Nicolas Anelka memiliki nama Muslim Abdul–Salam Bilal.

Saat diwawancarai FourFourTwo, striker yang mengantarkan Prancis merengkur tropi Piala Eropa 2000 ini mengungkapkan bahwa ia memilih Islam karena agama itu sesuai dengan hati nuraninya. Cara hidup yang dituntunkan Islam membawa kedamaian bagi jiwa Anelka.

“Saya merasa nyaman dan tenang dengan agama dan hidup saya hari ini,” ujar Anelka.

Memeluk Islam mengubah hidup Anelka menjadi positif dan bermakna. Islam menuntunnya pada ketenangan, sekaligus membuatnya bertindak bijaksana.

Anelka juga menegaskan, Islam adalah sumber kekuatan dalam dan di luar lapangan.

“Saya memiliki karier yang sulit, saya kemudian memutuskan untuk menemukan kedamaian. Dan, akhirnya saya menemukan Islam," tegas pemain sekaligus pelatih Shanghai Shenhua itu. [IK/Rpb/bsb]
 
sumber : www.bersamadakwah.com

Hadits 41: Kasih Sayang Allah kepada Hamba-Nya yang Muslim


Alhamdulillah, pembahasan hadits Shahih Bukhari kini memasuki hadits ke-41. Hadits ke-41 ini masih berada di bawah Kitab Al-Iman (كتاب الإيمان).

Imam Bukhari memberi judul باب حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ (kebaikan Islam seseorang) untuk hadits ini dan hadits berikutnya. Sekedar memudahkan pembaca dan agar lebih fokus, pembahasan hadits ke-41 ini kita beri judul: "Kasih Sayang Allah kepada Hamba-Nya yang Muslim"

Berikut ini matan (redaksi) hadits Shahih Bukhari ke-41:

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىَّ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ إِذَا أَسْلَمَ الْعَبْدُ فَحَسُنَ إِسْلاَمُهُ يُكَفِّرُ اللَّهُ عَنْهُ كُلَّ سَيِّئَةٍ كَانَ زَلَفَهَا ، وَكَانَ بَعْدَ ذَلِكَ الْقِصَاصُ ، الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ ، وَالسَّيِّئَةُ بِمِثْلِهَا إِلاَّ أَنْ يَتَجَاوَزَ اللَّهُ عَنْهَا
Dari Abu Sa'id Al Khudri r.a., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seseorang masuk Islam kemudian Islamnya menjadi baik, maka Allah akan menghapus segala kejahatan yang telah dilakukannya. Setelah itu, ia akan diberi balasan yaitu setiap kebaikannya akan dibalas Allah sepuluh hingga tujuh ratus kali. Sedangkan kejahatannya dibalas setimpal dengan kejahatannya itu, kecuali jika Allah memaafkannya "

Penjelasan Hadits

إِذَا أَسْلَمَ الْعَبْدُ فَحَسُنَ إِسْلاَمُهُ
Apabila seseorang masuk Islam kemudian Islamnya menjadi baik

Yakni seorang musyrik atau non Muslim masuk Islam dan keislamannya bukan sebatas identitas atau ”Islam KTP”, melainkan ia bersungguh-sungguh berislam, jujur dalam memeluk Islam, dan memenuhi ajaran Islam. Baik lahir maupun batin ia berislam. Hatinya benar-benar beriman, dan dibuktikan dengan ketundukan dirinya dalam menjalankan ibadah.

Di sinilah hubungan hadits ini dengan iman yang menjadi judul kitab ini: kitabul iman. Bahwa Islam yang baik itu adalah iman (keyakinan di hati, pengakuan di lisan, dan pembuktian dengan amal). Dan bahwa iman itu tidak dianggap kecuali jika dibuktikan dengan amal.


يُكَفِّرُ اللَّهُ عَنْهُ كُلَّ سَيِّئَةٍ كَانَ زَلَفَهَا
maka Allah akan menghapus segala kejahatan yang telah dilakukannya.

Inilah keutamaan masuk Islam. Inilah ”imbalan” bagi seorang musyrik atau kafir yang masuk Islam. Segala dosanya semasa dihapuskan dengan syahadat yang ia ikrarkan. Dosa apapun. Bahkan, dosa membunuh seorang mujahid yang dilakukan sewaktu masih kafir pun akan diampuni oleh Allah jika ia masuk Islam dan bersungguh-sungguh dengan keislamannya.

Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah menjelaskan contoh itu.

يَضْحَكُ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى إِلَى رَجُلَيْنِ يَقْتُلُ أَحَدُهُمَا الآخَرَ يَدْخُلاَنِ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُ هَذَا فِي سَبِيْلِ اللهِ فَيَقْتُلُ ثُمَّ يَتُوْبُ اللهُ عَلَى الْقَاتِلِ فَيَسْلَمَ فَيَسْتَشْهِدُ
“Allah SWT tertawa melihat dua orang yang ingin saling membunuh, tetapi keduanya masuk surga.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana itu bisa terjadi?”

(Rasulullah menjawab), “Orang yang pertama berperang di jalan Allah, lalu ia terbunuh sebagai syahid. Kemudian, si pembunuh bertaubat dan masuk Islam. Ia berperang di jalan Allah hingga mati sebagai syahid.” (Muttafaq ‘alaih)

Jika perlu mencontohkan dua orang yang saling membunuh kemudian keduanya masuk surga seperti hadits tersebut, barangkali Hamzah bin Abdul Muthalib dan Wahsyi bisa disebut di sini. Pada perang uhud, Hamzah dibunuh oleh Wahsyi dengan tombaknya. Setelah futuhnya Makkah, Wahsyi kemudian memeluk Islam. Ia bersungguh-sungguh dengan keislamannya, dipenuhi penyesalan yang dalam karena telah membunuh orang terbaik, Hamzah. Ia bahkan tak pernah berani memandang wajah Rasulullah sejak masuk Islam hingga beliau wafat karena penyesalannya telah membunuh paman Nabi. Di masa pemerintahan khalifah Abu Bakar, Wahsyi kemudian membunuh orang terjelek dengan tombaknya, yaitu nabi palsu Musailamah Al-Kadzab. Jadilah Wahsyi tercatat sejarah sebagai pernah membunuh orang baik dan juga membunuh orang terjelek. Singkat cerita, Wahsyi kemudian syahid pada sebuah peperangan yang diikutinya.

Demikianlah kehebatan masuk Islam. Ia seperti me-restart kehidupan seseorang, menjadikannya bersih dari dosa sebelumnya dan membuatnya suci laksana kain putih yang belum terkena noda. Maka Rasulullah memaafkan begitu saja ketika Wahsyi datang kepada beliau untuk masuk Islam, sebagaimana Allah menjadikan keislamannya sebagai penghapus atas dosanya yang telah lalu. Inilah kasih sayang Allah kepada Muslim. Keislamannya menghapuskan segala dosa sebelumnya.

وَكَانَ بَعْدَ ذَلِكَ الْقِصَاصُ
Setelah itu, ia akan diberi balasan

Setelah seseorang masuk Islam, barulah balasan atas amal diperhitungkan. Jika seseorang kafir, sebaik apapun perbuatannya ia tidak akan ditulis sebagai amal kebaikan yang mendapatkan pahala.

الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ
yaitu setiap kebaikannya akan dibalas Allah sepuluh hingga tujuh ratus kali.

Subhanallah. Inilah kasih sayang Allah yang kedua. Kebaikan seorang Muslim bukan hanya ditulis sebagai satu atau dua kebaikan, melainkan dilipatgandakan sepuluh hingga tujuh ratus kali. Siapakah yang bisa memberikan keuntungan yang demikian besar selain Allah? Tidakkah kita tergiur untuk memperbanyak "transaksi" dengan Allah.

Ustman bin Affan pernah kembali dari perjalanan bisnisnya. Menjelang sampai ke Madinah, sejumlah saudagar Yahudi telah menyambutnya. Mereka menawarkan keuntungan yang banyak kepada Ustman agar mau menjual dagangannya kepada mereka. Ada yang menawarkan keuntungan lima puluh persen. Ada yang menawarkan keuntungan seratus persen. Ada yang menawarkan keuntungan dua kali lipat dari modalnya. Namun Ustman tetap tidak mau. Ketika mereka bertanya, Utsman mengatakan bahwa telah ada yang akan memberikan keuntungan sepuluh kali lipat kepadanya.

"Siapa orang itu? Setahu kami tidak ada lagi saudagar-saudagar kaya selain kami," kata salah seorang saudagar Yahudi.
"Allah. Dia memberikan balasan sepuluh kali lipat. Karenanya seluruh unta ini beserta barang dagangan yang dipikulnya aku sedekahkan kepada fakir miskin yang ada di Madinah," jawab Ustman membuat mereka keheranan.

Seperti itulah idealnya semangat umat Islam menyambut balasan kebaikan yang berlipat ganda ini. Menyambut kasih sayang Allah yang luar biasa.

وَالسَّيِّئَةُ بِمِثْلِهَا إِلاَّ أَنْ يَتَجَاوَزَ اللَّهُ عَنْهَا
Sedangkan kejahatannya dibalas setimpal dengan kejahatannya itu, kecuali jika Allah memaafkannya

Inilah kasih sayang Allah yang ketiga. Jika kebaikan dibalas sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, bahkan dalam hadits yang lain "ilaa maasya'aLlah" hingga tak terhingga tergantung pada kehendak Allah, kejahatan hanya ditulis serupa. Tidak dilipatgandakan. Bahkan, jika Allah berkehendak, ia akan dimaafkan. Karenanya seorang Muslim dituntut untuk memperbanyak taubat, agar kesalahannya diampuni oleh Allah SWT.

Pelajaran Hadits
Pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini diantaranya adalah:
1. Allah sangat sayang kepada hamba-Nya yang Muslim;
2. Masuk Islam atau menjadi Muslim haruslah sungguh-sungguh dan jujur, bukan sekedar Muslim secara identitas saja;
3. Orang yang masuk Islam, dosanya yang telah lalu dihapus oleh Allah dengan keislamannya tersebut;
4. Balasan kebaikan bagi seorang Muslim dilipatgandakan oleh Allah antara sepuluh hingga tujuh ratus kali;
5. Balasan kesalahan bagi seorang Muslim adalah sepadan dengan kesalahan itu, tidak dilipatgandakan, bahkan jika Allah berkehendak akan diampuni-Nya;
6. Seorang Muslim perlu menyambut kasih sayang Allah ini dengan memperbanyak kebaikan, menjauhi kejahatan dan memperbanyak taubat.

Demikian hadits ke-41 Shahih Bukhari dan penjelasannya. Semoga kita mendapatkan taufiq dari Allah SWT untuk senantiasa menjadi baik keislaman kita, memaksimalkan kebaikan, menjauhi kejahatan. Wallaahu a'lam bish shawab.[]

sumber : www.bersamadakwah.com